Metakognisi dalam Belajar

Oleh Ramli Abdullah -

MANUSIA mempunyai alat dalam merefleksikan watak dan kemampuannya, manusia juga dengan aktif dan sadar mampu memutuskan suatu perilaku untuk mengoptimalkan kemampuannya dan memiliki kesadaran untuk belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya. Sehingga yang dimaksud metakognisi adalah berperilaku, kemampuan memantaunya serta keyakinan yang dapat mengontrol terhadap suatu perilaku dan bagaimana melakukannya.

Menurut Woolfolk metakognisi adalah pengetahuan seseorang yang berkaitan dengan sifat-sifat dalam belajar, strategi belajar efektif, keunggulan dan kelemahannya dalam belajar, dan pembelajaran melalui informasi yang tersedia untuk mengambil keputusan. Ia menjelaskan bahwa metakognisi adalah suatu kesadaran mengenai proses berpikir dan bilamana proses itu terjadi.

Sedangkan Flavell dan Miller menjelaskan, metakognisi adalah pengetahuan seseorang yang berkaitan dengan proses berpikir dan hasil dari kegiatan tersebut. Ruang lingkup metakognisi, yaitu: Pertama, pengetahuan metakognisi, dan; Kedua, monitor metakognitif dan pengaturan diri.

Sejalan dengan pendapat di atas, Suharnan mengatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan dan kesadaran seseorang tentang proses-proses pengetahuannya itu sendiri atau juga merupakan proses yang penting, sebab pengetahuan seseorang tentang proses-proses pengetahuannya sendiri mengatur kondisi dan memilih strategi yang cocok untuk meningkatkan kinerja pengetahuan di kemudian hari.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, bahwa yang dimaksud dengan metakognisi adalah suatu kemampuan siswa dalam mengatur diri, seperti komitmen dan sikap positif dengan menggunakan berbagai bentuk pengetahuan, seperti pengetahuan deklarasi, prosedural, dan kondisional. Keterampilan dalam mengontrol diri, seperti perencanaan, pengaturan proses kegiatan, dan kemampuan evaluatif.

Penerapan metakognis
Metakognisi adalah pengetahuan siswa mengenai kelemahan dan kekuatannya dalam belajar serta pengaturan diri selama belajar, seperti perencanaan, penggunaan, proses dan evaluasi. Bagi siswa yang memiliki metakognisi tinggi berupaya mempelajari hal-hal yang akan menjadi kegiatan belajarnya dengan mudah dan mendapat hasil tinggi, mengetahui dan menggunakan strategi yang tepat, efisien, sesuai dengan kondisi dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Bondy dalam Sprinthall, guru perlu menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa dapat meningkatkan penerapan metakognisinya dengan cara memberikan umpan balik kepada siswa, membiasakan siswa memiliki catatan berkenaan dengan belajar, dan mengajarkan kepada siswa untuk menilai kemampuannya sesempurna mungkin.

Untuk mencapai hasil belajar yang tinggi, maka sangat terkait dengan pengetahuan siswa tentang strategi-strategi belajar, penggunaannya yang tepat. Kemampuan siswa dalam membuat perencanaan, penggunaan dan evaluasi terhadap belajar. Menurut Kinsvatter bahwa metakognisi bukanlah kemampuan bawaan. Metakognisi dapat diajarkan, dipelajari, dan ditingkatkan dengan cara mempelajari strategi belajar, mengetahui tujuan mata pelajaran, mengasah kemampuan, menganalisis pengaruh strategi belajar yang digunakan, dan kemampuan monitor strategi-strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Sedangkan Slavin mengatakan bahwa metekognisi adalah pengetahuan seseorang mengenai cara belajar atau memahami dengan cara bagaimana dapat belajar dan mampu mengontrol terhadap perilaku belajarnya agar mampu menetapkan tahap perkembangan dan strategi yang mendukung dalam meraih tujuan pembelajaran.

Gagnon dan Collay mengatakan bahwa metakognisi adalah aktivitas pemusatan pikiran siswa pada apa yang sedang dipikirkan ketika mereka menjalani suatu situasi belajar. Hal ini terjadi karena siswa menggunakan pikiran, perasaan, gembira, dan bahasa yang dapat membantunya dalam menjalani kegiatan belajar bersama dalam kelompok.

Dengan demikian metakognisi dalam belajar memiliki hubungan positif dengan peningkatan hasil belajar. Semakin tinggi siswa menerapkan berbagai dimensi metakognisi dalam kegiatan belajar, maka semakin tinggi pula hasil belajar diraihnya. Sebaliknya semakin rendah siswa menerapkan berbagai dimensi metakognisi dalam belajar, maka semakin rendah pula hasil belajar didapatkannya.

Berbagai metakognisi siswa dalam belajar yang dimaksud, seperti: (1) komitmen siswa dalam belajar, (2) sikap positif siswa dalam belajar, (3) evaluasi siswa dalam belajar, (4) perencanaan siswa dalam belajar, (5) pengaturan proses siswa dalam belajar, (6) pendelegasian siswa dalam belajar, (7) prosedur siswa dalam belajar, dan (8) pengkondisian diri siswa dalam belajar suatu mata pelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metakognisi dalam belajar mempunyai hubungan positif dengan hasil belajar suatu mata pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa upaya meningkatkan hasil belajar suatu mata pelajaran akan lebih optimal apabila dilakukan dengan meningkatkan penerapan berbagai dimensi metakognisinya dalam belajar suatu mata pelajaran.

Hubungan positif
Dengan adanya hubungan positif antara metakognisi siswa dalam belajar dengan hasil belajar, maka tingginya penerapan berbagai dimensi metakognisi siswa dalam belajar akan mengakibatkan hasil belajar yang diraih siswa tinggi dan demikian pula sebaliknya apabila penerapan berbagai dimensi metakognisi siswa dalam belajar rendah maka akan mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

Dengan demikian menunjukkan bahwa hasil belajar ditentukan oleh sejauh mana siswa menerapkan berbagai dimensi metakognisinya dalam belajarnya. Atau dengan kata lain bahwa adanya hubungan yang positif antara metakognisis siswa dalam belajar dengan hasil belajar, maka setiap peningkatan penerapan berbagai dimensi metakognisi dalam belajar mengakibatkan peningkatan hasil belajar.

Besarnya tingkat hubungan antara metakognisi dalam belajar ikut mengakibatkan peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini berarti bahwa penerapan berbagai dimensi metakognisi dalam belajar tinggi, maka hasil belajar siswa tinggi pula dan demikian pula sebaliknya penerapan berbagai dimensi metakognisi dalam belajar rendah, maka hasil belajar siswa akan rendah pula.

Maka dengan demikian menunjukkan bahwa hasil belajar dapat ditentukan oleh faktor metakognisi. Bahwa peningkatan terhadap penggunaan berbagai dimensi metakognisi dalam belajar akan berimplikasi kepada peningkatan hasil belajar. Jadi tingginya hasil belajar siswa diakibatkan oleh tingginya penggunaan berbagai dimensi metakognisinya dalam belajar.

* Dr. H. Ramli Abdullah, MPd. adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh/Lulusan Magister dan Doktor Bidang Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Metakognisi dalam Belajar - Serambi Indonesia

0 komentar:

Post a Comment