Stukstur Sosial Islam

Oleh: Marah Halim* -

KESEIMBANGAN dalam semua aspek kehidupan adalah idealisme Islam. Islam datang di tengah situasi dan kondisi sosial yang betul-betul bobrok hingga disebut zaman jahiliyah. Strata sosial dalam masyarakat Arab jahiliyah sangat timpang. Perbudakan merajalela, kaum wanita ternista, moralitas berada di titik nadir, dan yang berlaku adalah hukum rimba, homo homini lupus.

Kedatangan Islam, menurut Fazlur Rahman dalam “Islam”-nya, pada awalnya memberikan penekanan utama pada prinsip monotheisme, tertib moral, dan keadilan sosial ekonomi. Prinsip-prinsip inilah yang membuat berang pemuka Quraisy karena menganggap prinsip-prinsip itu mengancam eksistensi mereka.

Penekanan Muhammad pada keadilan ekonomi jelas membuat tersinggung kelompok oligarkhi yang menguasai perekonomian Mekkah. Larangan riba jelas menohok dan mengancam stabilitas mereka. Karena itu, kata Fazlur Rahman, penentangan mereka terhadap Islam dilatarbelakangi oleh berbagai motivasi, tidak semuanya semata-mata karena Muhammad menentang habis tradisi mereka, tetapi juga karena kepentingan ekonomi mereka terancam. Seperti Abu Sofyan, salah satu konglomerat yang getol hendak menyingkirkan Nabi. Larangan riba jelas bertentangan dengan budaya mereka yang merentekan uang dan barang hingga berlipat ganda, bukan tanggung-tanggung, jika piutang mereka tidak diibayar, mereka akan menjadi budak si pemberi piutang. Kondisi ini amat mempengaruhi starata sosial masyarakat Arab jahiliyah saat itu.

Perjuangan panjang Muhammad akhirnya sampai juga pada titik kulminasi, di mana di akhir hayatnya ia sempat menyaksikan suatu realitas yang ideal bagi masyarakat Islam, yakni masyarakat madani (civil society). Di akhir pidato perpisahannya pada Haji Wada, Rasul Allah yang mulia ini mengulangi lagi elan vital yang dibawa Islam di atas, bahwa Islam datang untuk menegakkan prinsip-prinsip kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan, dan solidaritas. Suatu kondisi ideal masyarakat Islam telah tercapai di mana monotheisme telah tegak, moralitas masyarakat diacungi jempol, strata kelas menengah lebih banyak dari dua strata lainnya, kelas atas dan kelas bawah. Artinya kedatangan Islam adalah memperbaiki struktur lahiriyah dan batiniyah masyarakat Islam.

Struktur sosial yang seimbang jelas merupakan cita-cita setiap peradaban. Noeng Muhadjir, guru besar filsafat pendidikan di Yogyakarta, dalam salah satu ceramahnya di Banda Aceh, mengatakan bahwa sepanjang sejarah manusia, dikenal tiga model struktur sosial masyarakat, pertama adalah struktur piramida atau prisma; kedua model piramida terbalik; dan yang ketiga adalah model ketupat.

Struktur model piramida atau prisma adalah struktur yang buruk, di mana dalam struktur ini jumlah masyarakat strata sosial rendah atau miskin paling banyak. Strata ini akan meningkat secara mengerucut sehingga pada titik paling topnya, jumlah strata sosial yang super tinggi semakin sedikit. Struktur seperti ini jelas sangat timpang, dan struktur seperti inilah yang mendominasi strata sosial masyarakat dunia dulu hingga sekarang.

Struktur model piramida adalah bias dari aliran kapitalisme yang mendorong manusia memberlakukan hukum rimba. Siapa saja yang memiliki banyak kapital, boleh-boleh saja menguasai sumber-sumber produksi, tanpa batas, dan batas satu-satunya adalah kemampuan mereka sendiri.

Adalah bencana abad ini, ketika yang mengusung bendera itu adalah gembong-gembong kapitalis sejati seperti Amerika dan kroninya, fakta bahwa mereka menjadikan dunia sebagai objek kekuasaan, negara dapat dibeli, manusia diatur dengan uang, nasib manusia seolah ada di tangannya. Nafsu serakah kapitalisme telah membuat dunia dan peradaban remuk redam. Korban keserakahan yang paling anyar adalah Irak dan Afghanistan. Namun, di atas semua itu, yang paling memilukan adalah ketika virus kapitalisme itu telah betul-betul mewabah, menjadi mainstream dalam masyarakat modern. Filosofi kapitalisme itu dewasa ini terdapat di semua lapisan masyarakat, dan hasilnya adalah ketimpangan yang luar biasa.

Struktur model kedua, piramida terbalik, di mana jumlah strata tinggi dan kaya, paling banyak dan mendominasi masyarakat, hampir mustahil terwujud dalam masyarakat yang besar seperti negara. Kalaupun ini menjadi idealisme suatu masyarakat, maka untuk mewujudkannya paling bisa dalam wilayah yang terbatas dan kecil sekali. Mungkin Brunai Darussalam adalah contoh suatu masyarakat dengan kemakmuran yang tinggi, tapi, Brunai bukanlah contoh ideal masyarakat madani, sebab ia juga masih berada di bawah ketiak kaum kapitalis.

Struktur model piramida terbalik ini pula yang menjadi angan-angan aliran komunisme, seperti yang dianut oleh mantan Uni Soviet, RRC, Korea Utara, Kuba, dan kroninya. Prinsip aliran ekonomi ini adalah prinsip “maju bersama mundur bersama”, makmur sama-sama, melarat juga dibagi rata. Untuk beberapa dasawarsa, aliran ini pernah mendominasi dunia dan sempat mampir di Indonesia. Tapi, secara makro, idealisme seperti ini sulit diwujudkan. Tidak bisa dibayangkan jika potensi manusia hanya dan untuk negara, mereka tidak bebas berkreasi dan berangan-angan seperti mereka yang menganut prinsip kapitalis, semua tergantung pada negara. Ini adalah idealisme yang terlalu ideal tapi akhirnya tidak ideal, meski yang seperti itulah yang terbaik, tetapi mustahil terjadi. Bukti nyata kegagalan aliran ini adalah tumbangnya Uni Soviet, penyangga utama aliran ini.

Bagaimana dengan struktur model ketiga? Model ketupat. Demikian Noeng Muhadjir menyebutnya. Struktur sosial yang sangat elegan yang dicita-citakan adalah seperti formasi ketupat, banyak di tengah, artinya dalam struktur ini, strata menengah adalah starata yang paling banyak yang membesar dari bawah dan mengerucut ke atas. Strata bawah, kalangan ekonomi lemah merengsek ke atas semakin sejahtera menuju level menengah, mengkristal membentuk kalangan menengah-lah yang paling banyak dalam masyarakat. Setelah itu naik lagi ke atas membentuk setengah kerucut yang dihuni strata paling top, tapi jumlahnya terbatas, bukan terbanyak seperti model kedua dan tersedikit dalam model pertama.

Amat mungkin dan amat ideal. Dan itulah yang menjadi idealisme Islam. Nabi mengatakan bahwa sebaik-baik keadaan adalah pertengahan. Islam tidak pernah melarang siapapun untuk memiliki harta benda yang banyak, tapi tidak boleh memonopoli kapital sehingga merugikan orang lain. Islam juga melarang miskin dan menganjurkan giat untuk menggapai sejahtera, sebab agama hanya bisa ditegakkan dengan kesejahteraan kehidupan umat. Islam melarang penumpukan kapital pada satu-satu kelompok atau individu. Di sisi lain, Islam juga tidak merestui cara komunisme yang menggenggam dan menyamakan nasib manusia, padahal manusia dalam Islam dianjurkan dan bebas berkompetisi meraih kejayaan, dan kejayaan yang paling baik adalah pertengahan, tidak terlalu kaya dan tidak miskin.

Tiga model struktur sosial dalam masyarakat di atas dewasa ini, dalam bentuk mikro, ada dalam masyarakat dan wujud pula dalam mentalitas masyarakat. Struktur mana yang paling menonjol, amat ditentukan oleh komitmen individu dan komitmen kolektif.

Komitmen ideal adalah yang berbasis elan vital Islam. Sebab, kesemua elan vital Islam di atas saling berkaitan satu sama lain. Prinsip-prinsip yang berdimensi batiniyah seperti akidah dan akhlak, amat besar pengaruhnya terhadap prinsip-prinsip seperti persamaan ekonomi, persamaan sosial, dan solidaritas. Jika struktur model pertama dan kedua yang paling mendominasi struktur sosial kita, maka kita sebenarnya masih berada di zaman jahiliyah, jahiliyah abad modern.


* Marah Halim adalah Widyaiswara BKPP Aceh. 

Sumber: http://aceh.tribunnews.com/news/view/59380/struktur-sosial-islam

0 komentar:

Post a Comment