Berfikir dan pengetahuan merupakan dua hal yang menjadi ciri
keutamaan manusia, tanpa pengetahuan manusia akan sulit berfikir dan tanpa
berfikir pengetahuan lebih lanjut tidak mungkin dapat dicapai, oleh karena itu
nampaknya berfikir dan pengetahuan mempunyai hubungan yang sifatnya siklikal.
Gerak sirkuler antara berfikir dan pengetahuan akan terus
membesar mengingat pengetahuan pada dasarnya bersifat akumulatit, semakin
banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin rumit aktivitas berfikir,
demikian juga semakin rumit aktivitas berfikir semakin kaya akumulasi
pengetahuan. Semakin akumulatif pengetahuan manusia semakin rumit, namun
semakin memungkinkan untuk melihat pola umum serta mensistimatisirnya dalam
suatu kerangka tertentu, sehingga lahirlah pengetahuan ilmiah (ilmu), disamping
itu terdapat pula orang-orang yang tidak hanya puas dengan mengetahui, mereka
ini mencoba memikirkan hakekat dan kebenaran yang diketahuinya secara radikal
dan mendalam, maka lahirlah pengetahuan filsafat, oleh karena itu berfikir dan
pengetahuan dilihat dari ciri prosesnya dapat dibagi ke dalam:
§ Berfikir
biasa dan sederhana menghasilkan pengetahuan biasa (pengetahuan eksistensial)
§ Berfikir
sistematis faktual tentang objek tertentu menghasilkan pengetahuan ilmiah
(ilmu)
§ Berfikir
radikal tentang hakekat sesuatu menghasilkan pengetahuan filosofis (filsafat)
Semua jenis berfikir dan pengetahuan tersebut di atas mempunyai
poisisi dan manfaatnya masing-masing, perbedaan hanyalah bersifat gradual,
sebab semuanya tetap merupakan sifat yang inheren dengan manusia. Sifat inheren
berfikir dan berpengetahuan pada manusia telah menjadi pendorong bagi
upaya-upaya untuk lebih memahami kaidah-kaidah berfikir benar (logika), dan
semua ini makin memerlukan keakhlian, sehingga makin rumit tingkatan berfikir
dan pengetahuan makin sedikit yang mempunyai kemampuan tersebut, namun serendah
apapun gradasi berpikir dan berpengetahuan yang dimiliki seseorang tetap
saja mereka bisa menggunakan akalnya untuk berfikir untuk memperoleh
pengetahuan, terutama dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan, sehingga
manusia dapat mempertahankan hidupnya (pengetahuan macam ini disebut
pengetahuan eksistensial).
Berpengetahuan merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk itu dalam diri manusia telah terdapat akal
yang dapat dipergunakan berfikir untuk lebih mendalami dan memperluas
pengetahuan. Paling tidak terdapat dua alasan mengapa manusia memerlukan
pengetahuan/ilmu yaitu:
1.
Manusia tidak bisa hidup dalam alam yang belum terolah,
sementara binatang siap hidup di alam asli dengan berbagai kemampuan bawaannya.
2.
Manusia merupakan makhluk yang selalu bertanya baik implisit
maupun eksplisit dan kemampuan berfikir serta pengetahuan merupakan sarana
untuk menjawabnya.
Dengan demikian berfikir dan pengetahuan bagi manusia merupakan instrumen penting untuk mengatasi berbagai persoalah yang dihadapi dalam hidupnya di dunia, tanpa itu mungkin yang akan terlihat hanya kemusnahan manusia (meski kenyataan menunjukan bahwa dengan berfikir dan pengetahuan manusia lebih mampu membuat kerusakan dan memusnahkan diri sendiri lebih cepat).