Humanisasi Guru dan Kebangkitan Indonesia

Oleh: Giovanni van Empel* -

ADA satu ciri khas utama dari intelektual generasi pertama, yakni kesungguhannya dalam mendidik. Pada ciri ini, mendidik tidak disempitkan dalam makna memberi ikan untuk langsung dimasak. Akan tetapi, mendidik diartikan sebagai proses memanusiakan dengan mengajarkan, menuntun bagaimana menggunakan pancing dengan benar.

Jacques Rolland mengatakan, “Bertanya adalah suatu proses latihan berpikir.” Pola pendidikan yang cenderung searah tidak mungkin melahirkan manusia-manusia Indonesia yang memiliki tradisi berpikir kuat.

Maka esensi pendidikan adalah bertanya. Tanpa bertanya, tak ada pencarian. Karena sejatinya berilmu adalah proses pencarian abadi tentang kebenaran. Dan guru adalah tour guide dalam taman pengetahuan.

Kita dapat melihat bagaimana kiprah HOS Tjokroaminoto yang menjadi guru sekaligus pendidik bagi Soekarno, Kartosuwirjo, dan Semaun. Bagaimana Ahmad Dahlan dan Hasyim Asyari telah melahirkan manusia-manusia hebat.

Hari ini kita mendambakan hadirnya guru-guru agung yang menjadikan kegiatan mendidik sebagai jiwa. Bukan sekedar profesi. Guru yang menjadi kawan dialektika murid-muridnya dan juga partner diskusinya.

Makna seorang pendidik diilustrasikan secara cantik oleh Sokrates yang mengatakan, “Aku ini bukan bidan sekedar bidan. Bukan bidan yang hanya melahirkan bayi-bayi manusia. Tapi aku orang yang membidani lahirnya gagasan-gagasan brilian manusia.”

Guru, tidak hanya mengajar, tapi juga menggugah kesadaran murid. Di tengah samudera skeptisisme massal, adalah guru yang menjadi ujung tombak pengembalian optimisme kebangsaan yang dulu pernah Indonesia miliki.

Maka dari itu, miris hati melihat ribuan guru di Jawa Barat belum mendapatkan tunjangan sejak Juli 2010. Tarik menarik antara kepentingan eksekutif dan legistlatif Jawa Barat menjadikan guru sebagai objek kebijakan. Di sisi lain, anggaran tunjangan yang menjadi polemik pembahasan menimbulkan tanya, apakah perlu ditunda mengingat anggaran tunjangan yang semestinya sudah pasti?

Di titik ini, kiranya kita harus mengingatkan agar negara terlebih dulu memanusiakan guru.

*Giovanni van Empel adalah Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM)

0 komentar:

Post a Comment